Kamis, 29 September 2011

Iklan dan Kekerasan Simbolik

   Setiap hari kita pasti akan menemui iklan. Iklan seakan telah mengepung kehidupan kita. Iklan tidak hanya bertujuan untuk mempengaruhi pikiran konsumen untuk membeli barang atau jasa, melainkan juga turut menanam nilai, gaya hidup, maupun selera budaya.
   Pollay membagi fungsi iklan menjadi dua:
  1. fungsi informasional. Dimana pengiklan memberitahukan kepada konsumen tentang karakteristik produk.
  2. fungsi tranformasional. dalam fungsi ini pengiklan berusaha untuk mengubah sikap - sikap yang dimiliki konsumen terhadap merk, pola belanja, gaya hidup dan lainnya.
   Menurut Baudrillard, iklan memproduksi pesan sebagai wacana yang dikodekan (codeddiscourse) dan melekat pada sebuah produk, tidak memiliki hunungan dnegan realitas. Sedangkan menurut Barthes, tanda masih bisa merepresentasikan realitas (signifikasi tingkat pertama atau denotasi). Sedangkan pada signifikasi tingkat kedua (konotasi), tanda bisa merepresentasikan sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat situasi kultural atau sosisal yang sama.
   Diasumsikan bahwa media dan iklan merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pedagogis dari kelas atau kelompok sosial tertentu. Arena iklan tidak hanya menjadi ajang konsentrasi image simbolik produk yang ingin dipasarkan namun juga image simbolik realitas sosial secara luas. Image simbolik yang diproduksi iklan misalnya kebahagiaan, keharmonisan, kecantikan, kejantanan, gaya hidup dan sebagainya yang ditanamkan pada benak masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar